Jumat, 21 Juni 2013

Suprise Tak Harus Menunggu Momen


Terkadang tidak butuh hari istimewa atau momen spesial untuk memberikan hadiah atau kado pada seseorang yang spesial. Seperti sahabat, kekasih ( pasangan hidup ), orang tua, anak, guru atau siapa saja. Karena hadiah yang sesungguhnya tidak mengenal batas waktu dan tidak terikat sesuatu kecuali satu: “ ketulusan “.  Hadiah yang sederhana bisa menjadi suprise justru ketika diberikan pada momen biasa. Karena yang diberi pasti merasa suprise sekali, tiba-tiba dapat hadiah. Lalu bertanya-tanya, “ dalam rangka apa?”

Itulah yang saya alami kemarin. Bahkan efeknya masih berasa sampai hari ini, saat saya menuliskan kisah ini. Sambil membayangkan sosok malaikat yang memberikan hadiah itu. Hadiah yang mungkin buat kalian tidak seberapa atau biasa saja. Hadiah yang sudah sangat umum ditemui dan sangat terjangkau dibeli. Tapi bukan itu yang menjadi nilai dari sebuah hadiah. Kalian pasti sudah sangat sering mendengarkan kalimat ini, “ Jangan nilai hadiah ini dari bentuknya, tapi lihatlah ia dari seberapa tulus hati yang memberinya. “ Nice. Kalimat yang sejak dulu membuat saya mengerti satu hal, bahwa menerima harus tutup mata. Bukan berarti ketika menerima hadiah harus merem atau memejamkan matanya. Hehe...Maksud saya, menutup mata di sini adalah tidak melihat apa hadiah yang diberikan dan siapa yang memberikan, namun lebih kepada penerimaan. Bahasa kerennya mungkin “ Qona’ah “ dalam menerima hadiah. Tidak pandang bulu atau pilih tebu. Kecuali hadiah kondom atau barang sejenisnya yang mengundang “was-was atau prasangka” bila kita menerimanya. Sehingga tidak menimbulkan efek samping negatif berupa asumsi miring dari orang banyak. Atau dengan kata lain menghindarkan diri dari mudhorat yang mungkin timbul setelah kita menerimanya. Maka ada baiknya ditolak secara halus dan dengan cara yang santun. Pokoknya sedapat mungkin tidak menyinggung perasaan si pemberi. Nah....hadiah seperti ini biasanya sering mampir ke para petinggi atau orang-orang penting. Untungnya saya tidak berada di posisi ini  sehingga aman dari kemungkinan yang mengerikan itu. Loh, kok tiba-tiba tangan saya bisa membahas soal ini ya. Hehee...maaf tidak sengaja memberi contohnya. Sebab mendadak contoh itu yang muncul di kepala saat jemari sedang asyik menari. Reflek ingat itu. Mungkin karena baru-baru ini membaca berita yang berhubungan dengan itu. Sekali lagi maaf jika ada yang tersinggung. Piss.

Nah lanjut ke cerita awal. Kemarin, sekitar 3 hari yang lalu. Saya benar-benar merasa suprise sekali saat murid saya bernama Ummu memberikan kado pagi-pagi, saat jam pelajaran belum dimulai. “ Ini buat ibuk, “ katanya. Aku bingung, heran, dan bertanya-tanya, “ Dalam rangka apa? “. Benar-benar suprise. Sesuatu sekali rasanya dapat hadiah di saat tidak ada momen apa-apa.
“ Makasih ya, Sayang...” kataku. Ummu hanya tersenyum. Manis sekali.
Kulihat bungkusnya, tertulis  “ Buat: Buk Vivi” ( Gambar 1 ). Aku tersenyum. Sedikit penasaran isinya. Tapi jam pelajaran sudah dimulai, kuurung niatku. Kado itu kuletakkan di atas meja.
“ Buka, Buk. Bukaa...!! “ teriak semua teman Ummu di kelas. Suasana jadi berisik. Aku sempat menolak, tapi mereka tetap memaksa. Baiklah. Sebentar saja, pikirku. Semoga ini tidak termasuk bagian dari korupsi waktu. Toh ini permintaan murid-muridku. Hehee....
Bismillah... Kubuka bungkus kadonya. Tampak kotak kue warna putih bergaris pinggir merah persegi. “ Yeee......Ibuk dapat kue! “ celetuk seorang siswa. “ Horeee...kita makan kue.” Siswa yang lain semangat, kompak mengaminkan temannya yang tadi.
“ Hehee...iya. Nanti kita makan sama-sama ya kuenya. Tapi kita belajar dulu” kataku.
“ Horeeee... Horee... Horeee....” Teriak mereka bersamaan.
Kubuka pelan-pelan kotak kue itu. Aku yang pagi itu belum sarapan, mendadak merasa lapar melihat kotak kue. Padahal belum tentu isinya kue. Tapi apa boleh buat, otak sudah tersihir sugesti. Apalagi aku tahu bahwa orang tua Ummu memang pengusaha kue yang cukup sukses. Kulepaskan lem yang merekatkan tutup kotak tersebut. “ Bismillah....” ucapku lagi. Dan terlihatlah isinya. Taraaaa......
“ Yaaaaaaaaaaaaaahhhh...bukan kueeeeeeeeee.....” sontak anak-anak itu berteriak. Kecewa mungkin. Terlihat dari wajah mereka pagi itu. Tapi apa boleh buat, itulah kejutan. Tidak selamanya kotak kue berisi kue. Tidak selamanya memberi hadiah itu harus ada momen khusus.
Aku berusaha mengarahkan anak-anak agar memahami kondisi saat itu. Dengan bahasa yang mereka pahami.  Alhamdulillah, mereka segera mengerti dan ikut berbahagia menerima hadiah itu.
Ada suratnya ternyata. Ini suprise ke dua ayng aku terima. Luar biasa senangnya. Namun ada rasa haru yang mencumbu kalbu kala butir-butir aksara yang tertulis di selembar kertas itu kubaca.
“ Assalamu’alaykum Wr Wr..
Terimakasih Ummu ucapkan pada Buk Vivi yang udah ngajarin & jaga Ummu di TK A. Ummu pernah digendong sama Ibuk waktu nangis saat Ummu baru masuk TK. Ummu minta izin ya Buk, terimakasih atas kasih sayang & perhatian Ibu. Semoga mendapatkan pahala & ganjaran dari Allah SWT. Aamiin.

Luar biasa perasaanku hari itu. Benar-benar indah cara Allah memberi kejutan lewat perantara berwujud manusia mungil dan menggemaskan seperti Ummu. Haru campur bahagia. “ Terimakasih ya, Robb....” lirihku dalam hati.

Nah.....ini dia malaikat kecil itu. Ummu Salamah namanya, di sebelah kanan. Sedang yang di sebelah kiri itu temannya, Zulaika. Cantik kan? Tidak hanya cantik, mereka siswa yang cerdas dan sholeha. Semoga menjadi anak-anak yang bermanfaat dan selalu menjadi kebanggaan orang tua. Agama dan bangsa sampai mereka dewasa. Aamiin.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar