Minggu, 31 Maret 2013

Lomba Puisi | Cerpen | Esai FLP Sumatera Utara 2013

Ikuti lombanya dan dapatkan kesempatan memenangkan Hadiah Rp. 7 juta untuk para pemenang.

INFORMASI LOMBA LEBIH LANJUT:
Panitia Lomba:
Note Facebook Flp Sumut: http://www.facebook.com/notes/flp-sumut/lomba-menulis-esai-cerpen-dan-puisi-flp-sumatera/436453929764951
Blog: http://flpsu-medan.blogspot.com/2013/03/lomba-flp-sumatera-utara.html
Rizki: 081260659021 (no sms)
PIN: 25D78F9B


:: A Y A H ::


Ada segurat warna di wajahmu yang melangitkan senyumku 
kala dua bola mata ini bersama mengeja rangkaian aksara di dua matamu
Yah....aku sayang Ayah karena Allah
Andai bisa kulukis setiap sepimu menjadi puisi 
seindah hembusan angin dan desir ombak di tepian pesisir 
yang menghiasi telinga dengan nyanyian alam, akan aku lakukan
Hingga aku terlelap dalam pangkuan bumi bersama buaian malam 
yang mendendangkan suara manja lalu menemukan 
wajah Ayah terbit bagai fajar di jendela pagiku


-Vivi Suryani-, 13 Maret 2013

Rabu, 06 Maret 2013

** Bross 1 Juta **

Pagi itu seperti biasa anak-anak mengumpulkan bukunya setelah membaca surat Al-Fathihah. Aku sedang sibuk mengingatkan siapa saja yang belum mengeluarkan bukunya sambil menyusun buku yang sudah terkumpul. Sementara itu ada yang lain di sudut kanan ruangan tempat aku berdiri pagi itu. Hanif, murid yang paling pintar bercerita itu tampak mesam-mesem dan cengengesan sejak tadi sambil menatap wajahku. Tidak tau maksud isyaratnya. Aku sampai geli sendiri melihat ulahnya hari itu, entah apa makna yang terkandung dari senyum tidak jelasnya itu. Sesekali saat aku menoleh ke arahnya, ia menaikkan alisnya dan mengangguk-angguk sambil senyum-senyum cengengesan. Aku sampai tertawa melihatnya. Tidak biasanya dia begini, pikirku. Seperti ada yang ingin ia sampaikan. Dan benar saja, tak lama setelah aku mengumpulkan semua buku muridku, ia memanggilku pelan seolah berbisik. Aku mendekatinya.
" Buk... Ibuk mau bunga?" Bisiknya ke telingaku.
" Bunga apa? " Aku meniru nada suaranya.
" Bunga untuk taruh di jilbab kayak punya Ibuk itu, tapi ini dibuat sama mamak..." Katanya masih dengan berbisik. Seolah takut temannya mendengar pembicaraan kami pagi itu.
" Owh.... Bross jilbab," kataku. Dan dia mengangguk-angguk tanda membenarkan.
" Tapi...harganya satu juta, Buk." Ia mendekatkan kembali mulutnya ke telingaku.
" Haaa... Satu juta??? MasyaAllah...mahal sekali, Bang." Aku benaran terkejut. Bang adalah panggilan untuk setiap murid laki-laki di sekolah tempat aku mengajar.
" Hehe...... Iya, Buk." Kali ini ia tidak berbisik.
" Apanya satu juta, Buk???" Tanya teman-temannya penasaran.
" Rahasia kata Hanif." Jawabku.
" Yaahhh... Ibuk...." mereka protes. Aku hanya tersenyum sambil terkekeh kecil bersama Hanif.


***


Seminggu kemudian. Hanif dan Arif tampak sedang bercerita yang entah apa. Aku tidak terlalu memperhatikan karena sibuk mendengarkan temannya yang sedang mengaji dan menyetor hafalan surah pendek. Tiba-tiba terdengar olehku Hanif marah pada Arif karena Arif mengambil sesuatu dari tangan Hanif. Wajahnya langsung berubah, benar-benar marah. Untungnya aku cepat menyadari dan segera mengambil posisi di tengah untuk melerai.
" Jangan kau ambil. Ini punya Ibuk! " Kata Hanif yang tampak marah pada Arif.
" Ada apa ini? Kok berantem?" tanyaku meminta jawaban.
" Ini, Buk. Arif liat ini punya Hanif. Cuma liat bentar aja ga boleh... Pelit." Sahut Arif.
" Owh... Ini kan punya Hanif, izin dulu kalau mau pinjam. Ga boleh diambil gitu aja apalagi dirampas. Makanya Hanif marah. Lagian ini punya mamak Hanif, nanti kalau rusak Hanifnya dimarahin. Ini kan buat dijual." Aku menjelaskan pada Arif.
" Iya... Tapi ini mau dikasih buat Ibuk. Kata mamak tadi suruh kasih sama Buk Guru." Hanif buru-buru merebut bross itu dari tangan Arif.
" Owh... Jadi ini bross yang satu juta itu? Wah...benaran buat ibuk? " Tanyaku memastikan. Hanif hanya mengangguk dan tersenyum malu. Tampak lesung pipinya. Marahnya sudah reda. Manis sekali.
" Subhanallah... Ibuk dapat bross satu juta. Makasih ya... Bilang makasih ya sama mamak nanti." Aku bahagia sekali dapat bross satu juta. Hehee.
Hanif mengangguk. Lesung pipinya tampak lebih lebar sekarang. Alhamdulillah...ucapku.

Hijaumu




Dulu kau berlayar di padang air membentang biru, 
sendiri
saat warna langit menyatu bersama birunya laut
menyelimutimu dengan senandung rindu yang gebu
kau berlabuh di paluh hati

Namun waktu telah jauh membawamu pergi
kini hijaumu tak berkilau lagi di jernih embun
juga tak terbaca di bening samudera
jejak yang kau tapak di sepanjang laut
tak akan membekas meninggalkan tanda
bahwa kau pernah berjalan di luas samudera
dan bermalam di tepi pesisir beberapa hari
bersamaku
 

 _________________
P. Berandan-03.03.13

Nafas Alam di Saku Pagi

Kau kah itu yang berdebam di kasur waktu
tidur di reruntuhan rindu yang melangit
bermimpi dalam cita yang meluas
memelukku erat dalam selimut obsesi yang kuat

Kutabung nafas alam di saku pagi
menyimpannya rapat-rapat
hingga tidak ada sekat antara nadi dan darah
kau mengalir bersama mega di palung jiwa
memasung realita di kebebasan yang memenjara
menyentuhmu dengan pejaman mata






___________________
P. Berandan, 04.03.2013