Minggu, 09 Juni 2013

Dza dan Na




Pagi itu wajah Moreza tampak begitu ceria melebihi biasanya. Anak yang tergolong hiperaktif ini sejak pagi-pagi sekali sudah tak sabar ingin ke sekolah. Ia tampak semangat luar biasa membereskan dan menyusun sendiri perlengkapan sekolahnya. Bocah berumur 5 tahun itu rupanya ingin segera memberi tahu ke teman-temannya kalau ia sudah " hebat dan cerdas karna sudah Iqro' 2 ", demikian kata guru privatenya yang tak lain aku sendiri.

" Bundaa...cepat lah kita perginya ."
" Sebentar, Andra. Bunda siapin bekalmu dulu ."
Anak yang memiliki nama lengkap Moreza Adriandra ini lebih senang dipanggil Moreza oleh teman-teman sekolah dan gurunya sementara Ayah dan Ibunya memanggilnya Andra. Ia sudah menunggu sang bunda di gerbang pagar rumahnya. Setelah menunggu beberapa menit akhirnya mereka pun berangkat.

Setibanya di sekolah ia langsung berlari secepatnya setelah mencium tangan sang bunda. Buru-buru masuk ke kelas dan menaruh tasnya lalu mencari teman-temannya yang lain untuk bermain.

Wajahnya tetap seriang tadi sebelum berangkat sekolah sampai lonceng masuk berbunyi. Wajahnya bertambah sumringah saat tiba gilirannya mengaji.
" Woy, aku sudah iqro' 2 loh ," sambil menunjukkan buku qiro'ati kepada temannya.
" Yah, baru juga iqro' 2. Aku pun sudah. "
" Aku sudah mau iqro' 3 lagi ," sahut temannya yang lain.

Moreza langsung diam. Bagaimana mungkin temannya tidak takjub melihat prestasinya ini. Padahal sebelumnya ia susah sekali mengaji karena daya ingatnya terhadap huruf berlambang arab itu sangat rendah. Sekarang setelah ia berusaha keras. Setelah ia mengikuti kemauan sang bunda untuk diberi les tambahan belajar di rumah. Setelah ia bersusah payah berjuang untuk bisa seperti teman-temannya yang lain. Ia tidak mendapatkan apresiasi. Padahal semua yang ia lakukan, ia yang sejak pagi-pagi sekali tak sabar memberi kabar gembira ini pada teman-teman agar mereka bangga. Ternyata tidak diberi apresiasi apa-apa. Padahal guru lesnya bilang dia begitu hebat dan cerdas. Ia masih saja tampak tidak cerdas oleh teman-temannya. Senyum yang mengembang bak mentari yang mekar itu kini pudar. Ia terpaku dan membisu sampai tiba waktunya pulang.

Sore harinya, seperti biasa guru privatenya datang. Moreza sudah stand by di ruang belajarnya. Semua perlengkapan belajar sudah tersedia. Aku belajar satu hal darinya, meski ia tidak secerdas teman-temannya tapi semangat dan keinginannya untuk bisa mengejar ketertinggalannya itu sungguh luar biasa. Ia selalu menyambutku dengan senyum gigi tanggalnya yang tetap imut. Ia benar-benar siap untuk belajar. Dan aku merasa berharga baginya sebab hampir tidak pernah ia tidak berada di ruang belajarnya dengan kondisi siap. Kecuali ketika aku datang, ia belum bangun. Aku pun yakin, suatu saat nanti ketika ia besar ia akan menjadi orang sukses yang hebat.

Les dimulai. Seperti biasa aku akan memuraja'ah hafalan surah pendeknya. Al-Faatihah sampai Al-Ma'un. Luar biasa sekali menurutku. Sebab dulu ketika aku seumurannya bahkan aku belum mengenal hijaiyyah, " boro-boro " menghafal surat pendek sebanyak itu. Dan alhamdulillah daya ingatnya senakin baik sekarang. Ia sudah lebih mudah dan lebih cepat menghafal. Setelah muraja'ah selesai barulah tiba saatnya membaca iqro. Aku sengaja mendahulukan pelajaran berbau syurgawi di atas duniawi. Mendahulukan hafalan dan qiro'ati sebelum belajar membaca, menulis dan berhitung. Agar ia terbiasa mendahulukan urusan akhiratnya ketika dewasa nanti.
" Buk, kata ibuk Moreza pintar dan hebat..." wajahnya sedikit cemberut.
" Iya, memang hebat. Pintar lagi "
" Kata Ibuk kalau sudah iqro 2 berarti hebat. Tapi mereka bilang Moreza gak hebat. Moreza belum iqro 3 seperti Aqil. "
" Owh...tidak apa-apa. Iqro' 2 juga pintar. Sebelum iqro' 3 ya memang harus iqro' 2 dulu. Nanti juga bisa iqro 3. Makanya kita harus lebih semangat lagi belajarnya. Lebih serius lagi. Biar cepat iqro' 3. Okey? "
" Okeyyy !!! " senyumnya mengembang kembali.

Setelah selesai halaman pertama iqro ke 2. Semangat Moreza mulai tidak stabil karena huruf " Dza dan Na " yang sulit dibedakannya. Karena hurufnya sudah mulai bersambung.
" Na na na, na ta na, na ba ba, ba na na... " Baris pertama mulus.
Tiba baris ke empat.
" Ba da ro, na dza ro, dza...dza...dza..." Ia kesulitan menyebutkan huruf selanjutnya. " Wa dza dza ," lanjutnya berusaha menyempurnakan bacaanya.
" Wa Na Dza " Aku membetulkan bacaanya.
" Kok wa na dza, buk? Wa dza dza, lah. Ini kan dza " Katanya sambil menunjuk huruf nun berbaris atas yang berada di tengah huruf waw dan dza yang juga berbaris atas itu.
" Ini Na, kalau dza yang ini " Kataku sambil menunjuk huruf yang ada di sebelahnya.
" Ini kan dza buk. Titiknya ada di samping sedikit, kalau na kan titiknya di tengah. Kayak gini, ni..." Ia menunjuk kalimat yang lain sebagai contoh.
" Dza dan na memang mirip. Apalagi kalau di sambung begini. Bedanya, kalau dza ga bisa disambung tapi na bisa. " Kalimatku memancing protesnya.
" Loh...ini dza nya disambung. Berarti ini dza, dza juga bisa disambung " Keningnya mulai berkerut tapi tetap ngotot dia tidak salah. Luar biasa!
" Nah...ada lagi bedanya. Kalau na bisa di sambung di mana saja. Di awal bisa, di akhir juga bisa. Kalau dza ga bisa kayak na. Dza cuma bisa disambung kalau letaknya di belakang. Kayak gini, wa na dza. Coba lihat yang ini, dza na ba. Dza nya di awal, ga disambung, kan? "
" Iya, buk. Kenapa bisa gitu? "
" Karena memang sudah begitu aturan dalam bahasa arab " Aku tidak menemukan jawaban lain di kamus penegetahuanku. Sehingga ia bertanya lagi. Hiks.
" Kenapa orang arab bikin aturan kayak gitu, buk? Kenapa cuma na aja yang bisa digabung dimana aja. Kenapa dza nya enggak? "
" Ya supaya bisa membedakan yang mana dza, yang mana na. Biar Moreza gak bingung bacanya. Kalau semuanya sama, nanti jadi bingung bedainnya. Ya kan? "
" Iya, mengangguk "
Dan ku pikir itu selesai, ternyata ia masih saja menanyakan perbedaan Dza dan Na. Sehingga waktu belajar hampir habis hanya untuk membahas perbedaan Dza dan Na. Moreza tampak benar-benar serius memikirkan perbedaan Dza dan Na, sore itu. Entah apa yang muncul di imajinasinya dikarenakan Dza dan Na. Dza dan Na. Huruf yang cukup menyita perhatiannya. 

Tidak ada komentar :

Posting Komentar