Terkadang
tidak butuh hari istimewa atau momen spesial untuk memberikan hadiah atau kado
pada seseorang yang spesial. Seperti sahabat, kekasih ( pasangan hidup ), orang
tua, anak, guru atau siapa saja. Karena hadiah yang sesungguhnya tidak mengenal
batas waktu dan tidak terikat sesuatu kecuali satu: “ ketulusan “. Hadiah yang sederhana bisa menjadi suprise
justru ketika diberikan pada momen biasa. Karena yang diberi pasti merasa
suprise sekali, tiba-tiba dapat hadiah. Lalu bertanya-tanya, “ dalam rangka apa?”
Itulah yang saya alami kemarin. Bahkan efeknya masih berasa sampai hari ini, saat saya menuliskan kisah ini. Sambil membayangkan sosok malaikat yang memberikan hadiah itu. Hadiah yang mungkin buat kalian tidak seberapa atau biasa saja. Hadiah yang sudah sangat umum ditemui dan sangat terjangkau dibeli. Tapi bukan itu yang menjadi nilai dari sebuah hadiah. Kalian pasti sudah sangat sering mendengarkan kalimat ini, “ Jangan nilai hadiah ini dari bentuknya, tapi lihatlah ia dari seberapa tulus hati yang memberinya. “ Nice. Kalimat yang sejak dulu membuat saya mengerti satu hal, bahwa menerima harus tutup mata. Bukan berarti ketika menerima hadiah harus merem atau memejamkan matanya. Hehe...Maksud saya, menutup mata di sini adalah tidak melihat apa hadiah yang diberikan dan siapa yang memberikan, namun lebih kepada penerimaan. Bahasa kerennya mungkin “ Qona’ah “ dalam menerima hadiah. Tidak pandang bulu atau pilih tebu. Kecuali hadiah kondom atau barang sejenisnya yang mengundang “was-was atau prasangka” bila kita menerimanya. Sehingga tidak menimbulkan efek samping negatif berupa asumsi miring dari orang banyak. Atau dengan kata lain menghindarkan diri dari mudhorat yang mungkin timbul setelah kita menerimanya. Maka ada baiknya ditolak secara halus dan dengan cara yang santun. Pokoknya sedapat mungkin tidak menyinggung perasaan si pemberi. Nah....hadiah seperti ini biasanya sering mampir ke para petinggi atau orang-orang penting. Untungnya saya tidak berada di posisi ini sehingga aman dari kemungkinan yang mengerikan itu. Loh, kok tiba-tiba tangan saya bisa membahas soal ini ya. Hehee...maaf tidak sengaja memberi contohnya. Sebab mendadak contoh itu yang muncul di kepala saat jemari sedang asyik menari. Reflek ingat itu. Mungkin karena baru-baru ini membaca berita yang berhubungan dengan itu. Sekali lagi maaf jika ada yang tersinggung. Piss.
Nah
lanjut ke cerita awal. Kemarin, sekitar 3 hari yang lalu. Saya benar-benar
merasa suprise sekali saat murid saya
bernama Ummu memberikan kado pagi-pagi, saat jam pelajaran belum dimulai. “ Ini
buat ibuk, “ katanya. Aku bingung, heran, dan bertanya-tanya, “ Dalam rangka
apa? “. Benar-benar suprise. Sesuatu sekali rasanya dapat hadiah di saat tidak
ada momen apa-apa.
“ Makasih ya, Sayang...” kataku. Ummu hanya tersenyum. Manis
sekali.
Kulihat bungkusnya, tertulis “ Buat: Buk Vivi” ( Gambar 1 ). Aku tersenyum.
Sedikit penasaran isinya. Tapi jam pelajaran sudah dimulai, kuurung niatku.
Kado itu kuletakkan di atas meja.
“ Buka, Buk. Bukaa...!! “ teriak
semua teman Ummu di kelas. Suasana jadi berisik. Aku sempat menolak, tapi
mereka tetap memaksa. Baiklah. Sebentar saja, pikirku. Semoga ini tidak
termasuk bagian dari korupsi waktu. Toh ini permintaan murid-muridku. Hehee....
Bismillah... Kubuka bungkus
kadonya. Tampak kotak kue warna putih bergaris pinggir merah persegi. “
Yeee......Ibuk dapat kue! “ celetuk seorang siswa. “ Horeee...kita makan kue.”
Siswa yang lain semangat, kompak mengaminkan temannya yang tadi.
“ Hehee...iya. Nanti kita makan
sama-sama ya kuenya. Tapi kita belajar dulu” kataku.
“ Horeeee... Horee... Horeee....”
Teriak mereka bersamaan.
Kubuka pelan-pelan kotak kue itu.
Aku yang pagi itu belum sarapan, mendadak merasa lapar melihat kotak kue.
Padahal belum tentu isinya kue. Tapi apa boleh buat, otak sudah tersihir
sugesti. Apalagi aku tahu bahwa orang tua Ummu memang pengusaha kue yang cukup
sukses. Kulepaskan lem yang merekatkan tutup kotak tersebut. “ Bismillah....”
ucapku lagi. Dan terlihatlah isinya. Taraaaa......
“
Yaaaaaaaaaaaaaahhhh...bukan kueeeeeeeeee.....” sontak anak-anak itu berteriak.
Kecewa mungkin. Terlihat dari wajah mereka pagi itu. Tapi apa boleh buat,
itulah kejutan. Tidak selamanya kotak kue
berisi kue. Tidak selamanya memberi hadiah itu harus ada momen khusus.
Aku berusaha mengarahkan anak-anak agar memahami kondisi
saat itu. Dengan bahasa yang mereka pahami.
Alhamdulillah, mereka segera mengerti dan ikut berbahagia menerima
hadiah itu.
Ada suratnya ternyata. Ini suprise ke dua ayng aku terima. Luar biasa senangnya. Namun ada rasa haru yang mencumbu kalbu kala butir-butir aksara yang tertulis di selembar kertas itu kubaca.
Ada suratnya ternyata. Ini suprise ke dua ayng aku terima. Luar biasa senangnya. Namun ada rasa haru yang mencumbu kalbu kala butir-butir aksara yang tertulis di selembar kertas itu kubaca.
“ Assalamu’alaykum Wr Wr..
Terimakasih Ummu ucapkan pada Buk Vivi yang udah ngajarin
& jaga Ummu di TK A. Ummu pernah digendong sama Ibuk waktu nangis saat Ummu
baru masuk TK. Ummu minta izin ya Buk, terimakasih atas kasih sayang &
perhatian Ibu. Semoga mendapatkan pahala & ganjaran dari Allah SWT. Aamiin.
Luar
biasa perasaanku hari itu. Benar-benar indah cara Allah memberi kejutan lewat
perantara berwujud manusia mungil dan menggemaskan seperti Ummu. Haru campur
bahagia. “ Terimakasih ya, Robb....” lirihku
dalam hati.
Nah.....ini dia malaikat kecil itu. Ummu Salamah namanya, di
sebelah kanan. Sedang yang di sebelah kiri itu temannya, Zulaika. Cantik kan?
Tidak hanya cantik, mereka siswa yang cerdas dan sholeha. Semoga menjadi
anak-anak yang bermanfaat dan selalu menjadi kebanggaan orang tua. Agama dan
bangsa sampai mereka dewasa. Aamiin.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar