Sabtu, 27 April 2013

Dakwah is Love

Bismillahirrahmaanirrahiim….


What the meaning of Dakwah? Sebuah pertanyaan yang dulu muncul dari seorang anak ingusan seperti saya beberapa tahun yang lalu saat masih duduk di SMA, masa awal mengenal kata ini. Dulu saya pikir dakwah adalah sebatas ceramah, menyampaikan ayat-ayat Allah di masjid-masjid, di majelis ilmu dan di pesantren-pesantren yang isinya melulu hanya ceramah yang monoton dan yang hanya boleh dilakukan oleh para Ustadz dan bisa berbahasa Arab walaupun sedikit. Tapi seiring berjalannya waktu, seiring bergulirnya hari, pemahaman-pemahaman yang lebih luas dan terbuka tentang dakwah akhirnya saya temukan. Hingga pada suatu hari saya mendapatkan sebuah kalimat yang sangat indah. Kalimat yang membuat saya jatuh cinta dengan jama’ah ini. “ Dakwah itu cinta. Dan cinta akan meminta segalanya darimu. Sampai pikiranmu. Sampai perhatianmu. Berjalan, duduk dan tidurmu. Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang ummat yang kau cintai.” Almarhum KH. Rahmat ‘Abdullah. Dan akhirnya saya memutuskan untuk memilih jama’ah ini sebagai wadah untuk melakukan kerja dakwah.
Kalau ditanya apa yang paling berkesan buat saya ketika melakukan kerja-kerja dakwah? Sebenarnya saya malu dengan pertanyaan ini, karena saya menyadari bahwa belum banyak kontribusi yang saya berikan untuk jalan dakwah ini. Apa yang sudah saya berikan? Rasanya belum ada. Apalagi bila dibandingkan dengan para pendahulu saya di jama’ah ini. Saya tidak ada apa-apanya. Tapi kalau diharuskan mengungkapkan kesan, baiklah… akan saya ungkapkan. Rasa-rasanya semua berkesan, tidak ada yang tidak berkesan. Mulai dari kesan paling sedih maupun kesan yang paling menyenangkan. Saya yakin semua orang yang berkecimpung di dunia dakwah pasti mengalaminya. Namun kesan sedih tidak perlu kita kenang-kenang, mengingat nasehat seorang Murobbi besar kita, almahrum KH. Rahmat Abdullah yang mengatakan, “ Ada dua hal yang harus selalu kita ingat. Kebaikan orang lain terhadap kita dan keburukan kita terhadap orang lain. “ Kebaikan orang lain adalah hal yang menyenangkan, karena itu ia harus dikenang. Sedangkan keburukan oranglain pada kita adalah hal yang tidak menyenangkan jadi tidak perlu dikenang. Nah, karena kesan sedih itu tidak menyenangkan maka ada baiknya kita lupakan. Tidak perlu disebut-sebut. Lebih baik kenang saja ketidakbaikan kita pada orang lain yang kalau dikaitkan dengan dakwah, ketidakbaikan kita itu mungkin kurang ikhlasnya hati, kurang lurusnya niat, kurang sabarnya dalam berbuat, kurang banyaknya kontribusi, kurang yakinnya pada janji-janji Allah, kurang benarnya kita dalam memperlakukan saudara, kurang seringnya kita berdoa untuk kemaslahatan ummat, kurang banyaknya kita dalam meningkatkan amal ibadah, serta kurang-kurang lainnya yang hanya diri kita dan Allah saja yang tahu.
Kesan yang paling berkesan buat saya adalah ketika orang yang saya dakwahi menjadi lebih baik dari saya. Lalu ia mendoakan saya dalam diam sehingga saya diistiqomahkan Allah untuk tetap berada di jalan dakwah ini. Meski pasang surut semangat jauh lebih fluktuatif dari ombak di lautan. Atau ketika fitnah besar-besaran bertubi menerpa wajah dakwah ini, namun kita masih menjadi orang yang tetap tegar berdiri mendengar semua celotehan itu dengan tetap berprasangka baik  dan memutuskan untuk tetap berada dalam jama’ah ini. Merapatkan barisan kembali lalu  berkata, “ Beginilah jalan dakwah mengajarkan kami.”

Taujih Rabbani :
 
“ (yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia [250] telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", Maka Perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah Sebaik-baik Pelindung. Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. dan Allah mempunyai karunia yang besar [251]. Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman. ( QS. Ali Imran: 173-175 )

[250] Maksudnya: orang Quraisy.
[251] Ayat 172, 173, dan 174, di atas membicarakan tentang Peristiwa perang Badar Shughra (Badar kecil) yang terjadi setahun sesudah perang Uhud. sewaktu meninggalkan perang Uhud itu, Abu Sufyan pemimpin orang Quraisy menantang Nabi dan sahabat-sahabat beliau bahwa Dia bersedia bertemu kembali dengan kaum muslimin pada tahun berikutnya di Badar. tetapi karena tahun itu (4 H) musim paceklik dan Abu Sufyan sendiri waktu itu merasa takut, Maka Dia beserta tentaranya tidak Jadi meneruskan perjalanan ke Badar, lalu Dia menyuruh Nu'aim Ibnu Mas'ud dan kawan-kawan pergi ke Madinah untuk menakut-nakuti kaum muslimin dengan menyebarkan kabar bohong, seperti yang disebut dalam ayat 173. Namun demikian Nabi beserta sahabat-sahabat tetap maju ke Badar. oleh karena tidak terjadi perang, dan pada waktu itu di Badar kebetulan musim pasar, Maka kaum muslimin melakukan perdagangan dan memperoleh laba yang besar. Keuntungan ini mereka bawa pulang ke Madinah seperti yang tersebut pada ayat 174.
Kalau kata almarhum Ust. Rahmat bahwa cinta akan menuntut segalanya darimu, ya benar. Tapi saya juga ingin mengunkapkan sesuatu tentang cinta. Bagi saya, Cinta adalah konspirasi antara rindu dan cemburu. Mengapa demikian? Karena akan selalu ada rindu yang mengalir saat kita tidak lagi berbuat untuk dakwah ini, saat kita tidak lagi berkumpul bersama dalam jama’ah ilmu, saat kita tidak lagi saling menasehati dalam kebaikan dan memotivasi dalam kebenaran, saat kita tidak lagi terlibat dalam segala hal yang berbau dakwah ( baca: kebaikan ). Lalu rindu itu diprovokasi oleh rasa cemburu. Cemburu melihat orang lain lebih baik daripada kita, cemburu melihat orang lain lebih semangat dalam bekerja, cemburu ini dan cemburu itu yang akhirnya menimbulkan sebuah rasa bernama CINTA yang pada akhirnya menyadarkan kita bahwa “ Aku harus berbuat sesuatu untuk dakwah ini. “

-          Wallahu a’lam bis Showab -

P. Berandan, 22 April 2013